Kesehatan Jemaah Haji Jadi Sorotan, Pemerintah Diminta Perkuat Rasio Tenaga Medis di Kloter dan Hotel

On Berita – Jakarta – Jumlah jemaah haji Indonesia yang wafat telah mencapai 386 orang, dan lebih dari 225 ribu kunjungan rawat jalan tercatat selama pelaksanaan ibadah haji 2025. Evaluasi pelayanan kesehatan pun mengemuka, terutama terkait jumlah tenaga medis yang dinilai belum sebanding dengan jumlah jemaah.

Penyelenggaraan ibadah haji 2025 kembali menyorot pentingnya layanan kesehatan yang memadai. Berdasarkan data Siskohatkes Kementerian Kesehatan RI per 24 Juni 2025, tercatat 386 jemaah wafat dan lebih dari 225.000 kunjungan rawat jalan di Daerah Kerja Makkah dan Madinah.

Kondisi ini mendorong munculnya masukan dari para jemaah dan petugas di lapangan. Salah satunya datang dari Mariani Kadang, jemaah asal Enrekang, Sulawesi Selatan, yang menyayangkan minimnya jumlah tenaga medis yang tersedia di Pos Kesehatan. “Satu dokter melayani ratusan jemaah, banyak di antaranya lansia. Ini kurang ideal,” ujarnya.

Suherman S. Bakak, jemaah lain dari kloter yang sama, juga menyoroti beban kerja berat petugas kesehatan, yang bisa berisiko terhadap kondisi fisik dan mental mereka.

Masukan senada datang dari dr. Muhammad Ulin Nuha, petugas TKHK dari Kloter Jawa Barat. Ia mengungkapkan bahwa satu tim medis bahkan harus menangani dua hotel akibat keterbatasan jumlah tenaga medis. “Skema berbasis hotel ini membuat distribusi tenaga kesehatan tidak merata,” katanya.

Rasio ideal, menurut dr. Ulin, adalah satu dokter dan satu perawat untuk 120–150 jemaah, bukan satu untuk ratusan. Ia juga menyarankan penyesuaian formasi kloter untuk memperbaiki distribusi layanan dan efisiensi rujukan ke rumah sakit.

Masukan dari jemaah dan petugas ini diharapkan menjadi perhatian serius pemerintah dalam melakukan evaluasi menyeluruh terhadap penyelenggaraan layanan kesehatan haji di masa mendatang. Pelayanan yang optimal akan sangat menentukan kenyamanan dan kelancaran ibadah jemaah.