Beberapa fakta menarik tentang Menara Saidah
3 mins read

Beberapa fakta menarik tentang Menara Saidah

Sejarah & Asal Usul Menara Saidah

Menara Saidah awalnya dibangun mulai tahun 1995 oleh kontraktor PT Hutama Karya, dan rampung sekitar tahun 1998. Gedung ini semula bernama “Gracindo”.

Pemilik awal adalah perusahaan kosmetik/produk herbal, PT Mustika Ratu milik Mooryati Soedibyo.

Setelah dilelang pada pertengahan 1990-an, kepemilikan beralih ke keluarga dengan nama “Saidah” — tepatnya ke keluarga Saidah Abu Bakar Ibrahim. Karena itu nama gedung diubah menjadi “Menara Saidah”.

Nama “Menara Saidah” diambil dari nama Saidah Abu Bakar Ibrahim — pemilik baru — bukan dari nama komersial atau perusahaan.

Struktur, Arsitektur & Kapasitas

Gedung ini dibangun dengan gaya arsitektur bergaya klasik/Romawi — termasuk ornamen dan patung-patung bergaya Romawi yang kabarnya diimpor langsung dari Italia. Interior dan eksterior dirancang megah dengan tiang-tiang besar dan dekorasi khas, mencerminkan kesan mewah dan prestise di masa awal.

Menara Saidah memiliki sekitar 28 lantai — meskipun ada beberapa versi informasi yang menyebut “sekitar 30 lantai”.

Lokasinya strategis di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur (kadang disebut sebagai Jakarta Selatan dalam sumber), sehingga mudah diakses dari berbagai arah, baik kendaraan maupun transportasi umum.

Fungsi Awal & Penggunaan Gedung

Setelah dibangun, Menara Saidah sempat berfungsi sebagai gedung perkantoran. Beberapa instansi pernah menempati atau menyewa ruang di sana — termasuk instansi pemerintahan (pemerintah pusat) dan swasta.

Gedung ini pada masanya dianggap sebagai salah satu gedung megah dan modern di Jakarta — refleksi ambisi di era pertumbuhan bisnis/perkantoran di kota ini.

Penutupan & Status Terakhir — Kenapa Terbengkalai?

Pada tahun 2007, Menara Saidah resmi ditutup dan dibengkalai. Salah satu alasan yang sering disebut adalah bahwa ada dugaan struktur bangunan “miring” — alias fondasi atau konstruksi dianggap bermasalah, sehingga dinilai tidak aman untuk dihuni.

Setelah penutupan, gedung tidak dihuni, dan sempat ada rencana renovasi sekitar 2015 — tapi proyek itu berhenti setelah berjalan sekitar dua bulan. Hingga kini, kondisi bangunan dibiarkan kosong.

Karena kosong bertahun-tahun, akses ke dalam gedung dibatasi: lingkungan sekitar biasanya dijaga, dan gedung tidak berfungsi.

Cerita, Reputasi & Status “Angker”

Karena terbengkalai dan kondisi interior serta eksterior yang suram, gedung ini sejak lama menjadi bagian dari urban legend di Jakarta. Banyak cerita horor tentang penampakan, suara misterius, dan suasana menyeramkan di dalam gedung — menjadikan Menara Saidah “legenda horor perkotaan”.

Walaupun banyak cerita beredar, sebagian sejarawan dan pengamat kota memperingatkan bahwa sebagian besar klaim mistis adalah “cerita rakyat urban” — artinya sulit diverifikasi secara ilmiah maupun historis.

Upaya Pemerintah & Status Pengawasan

Pada sekitar 2012, gedung sempat diserahkan ke pengawasan kepolisian (Polsek Cawang, Jakarta Timur) dengan tujuan menjaga keamanan — termasuk potensi kebakaran atau gangguan lainnya.

Pemerintah provinsi sempat menyinggung kemungkinan mengambil alih pemanfaatan gedung, namun hingga sekarang rencana tersebut tak terealisasi — sehingga gedung tetap mangkrak.

Mengapa Menara Saidah Menarik Perhatian Publik Hingga Kini?

Menara Saidah memiliki kombinasi unik dari—sejarah, arsitektur megah, lokasi strategis—yang kemudian bertabrakan dengan nasib tragis: pengosongan, dugaan masalah konstruksi, dan ketidakjelasan nasib properti. Hasilnya: ia berubah dari gedung perkantoran prestisius menjadi bangunan terbengkalai, misterius, dan penuh spekulasi.

Bagi banyak orang, Menara Saidah adalah simbol ambisi:Ambisi pembangunan di era 1990-an.Ambisi bisnis & investasi properti.Dan ambisi urban legend — bagaimana cerita dan imajinasi bisa tumbuh dari sebuah gedung kosong.

Kesimpulan Singkat

Menara Saidah adalah contoh nyata dari gedung megah yang pada masa kejayaannya menjanjikan prestise, namun kemudian terlantar karena masalah struktural dan manajerial. Hingga kini, statusnya tetap mangkrak — tidak difungsikan, berada di bawah pengawasan keamanan, dan sering dikaitkan dengan cerita mistis.

Tetapi, di balik legenda dan isu horor ada fakta sejarah, konstruksi, dan persoalan regulasi yang membuat nasib gedung ini menarik untuk terus dipelajari — baik dari sisi properti, sejarah kota, maupun aspek sosial-budaya.

#menarasaidah

Penulis : Woko Baruno

Editor : Ali Ramadhan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *