Memperingati Hari Internasional untuk Penghapusan Perbudakan yang Jatuh Pada 2 Desember
On Berita – Jakarta – Perbudakan adalah salah satu bab paling kelam dalam sejarah peradaban manusia.
Meski sering dianggap sebagai kisah masa lalu yang telah tertutup, kenyataannya praktik perbudakan modern masih berlangsung dalam berbagai bentuk: perdagangan manusia, eksploitasi pekerja, pernikahan paksa, hingga kerja paksa anak-anak.
Di tengah perkembangan dunia yang semakin maju, ironi ini menunjukkan bahwa belum semua manusia merasakan kebebasan secara utuh.
Untuk meningkatkan kesadaran global mengenai isu ini, perserikatan bangsa-bangsa (PBB) menetapkan tanggal 2 Desember sebagai Hari Internasional untuk Penghapusan Perbudakan.
Peringatan ini mengingatkan bahwa perjuangan menghapus perbudakan tidak boleh berhenti, karena jutaan orang di dunia masih terjebak dalam situasi eksploitasi yang merampas hak dasar mereka sebagai manusia.
Melalui peringatan ini, masyarakat dunia diajak memahami konteks perbudakan modern, tantangan global, serta upaya nyata yang bisa dilakukan untuk menghentikan praktik tersebut.
Mengapa 2 Desember Diperingati sebagai Hari Internasional untuk Penghapusan Perbudakan?
Penetapan ini merujuk pada Konvensi PBB tahun 1949 tentang Penindasan Perdagangan Manusia dan Eksploitasi Prostitusi, yang diadopsi pada tanggal 2 Desember.
Konvensi tersebut merupakan tonggak penting dalam komitmen komunitas internasional untuk menghapus segala bentuk eksploitasi manusia.
Meski sudah puluhan tahun berlalu, masalah perbudakan tidak serta-merta hilang. Justru muncul dalam bentuk yang lebih kompleks dan tersembunyi. Di sinilah urgensi peringatan 2 Desember—menghidupkan kembali kesadaran kolektif serta mendorong aksi nyata.
Bentuk-Bentuk Perbudakan Modern yang Masih Terjadi
- Perdagangan Manusia (Human Trafficking)
Ribuan orang, terutama perempuan dan anak-anak, menjadi korban perdagangan manusia setiap tahun. Mereka dipaksa bekerja, diperdagangkan untuk tujuan seksual, atau dipekerjakan dalam kondisi yang tidak manusiawi.
- Kerja Paksa (Forced Labour)
Banyak pekerja migran, buruh pabrik, hingga pekerja domestik ditahan paspornya, diancam, atau dipaksa bekerja tanpa upah yang layak. Organisasi Buruh Internasional (ILO) mencatat jutaan kasus setiap tahun.
- Pernikahan Paksa (Forced Marriage)
Di beberapa wilayah, perempuan dan anak perempuan dipaksa menikah tanpa persetujuan, dianggap sebagai “hak milik” keluarga, atau digunakan sebagai alat pembayaran hutang.
- Perbudakan Anak (Child Slavery)
Anak-anak tereksploitasi dalam kerja berbahaya, perdagangan seks, atau dijadikan tentara anak di wilayah konflik.
- Eksploitasi Seksual Komersial
Industri gelap ini terus berkembang karena lemahnya perlindungan hukum dan tingginya permintaan pasar.
Mengapa Perbudakan Modern Masih Terjadi?
- Kemiskinan dan Kesenjangan Ekonomi; Kondisi ekonomi memaksa sebagian orang menerima pekerjaan berisiko atau mudah tertipu.
- Konflik dan Migrasi Tidak Aman; Pengungsi sering menjadi korban sindikat perdagangan manusia karena tidak memiliki dokumen dan perlindungan.
- Kurangnya Penegakan Hukum; Banyak negara memiliki aturan, tetapi implementasinya masih lemah.
- Kurangnya Edukasi dan Informasi; Minimnya pengetahuan membuat masyarakat rentan terhadap jeratan sindikat illegal.
Upaya Global untuk Menghapus Perbudakan
- Program PBB dan ILO, Melalui kampanye global, penegakan konvensi internasional, hingga bantuan teknis kepada negara anggota.
- Gerakan NGO dan Komunitas, Organisasi seperti Anti-Slavery International atau Walk Free aktif melakukan riset, advokasi, dan pendampingan korban.
- Kebijakan Nasional di Berbagai Negara, Beberapa negara memperketat regulasi ketenagakerjaan, imigrasi, dan perlindungan korban perdagangan manusia.
- Peran Individu dan Masyarakat, Menghindari produk yang diduga menggunakan kerja paksa, melaporkan kasus, dan menyebarkan edukasi.
Peringatan 2 Desember bukan sekadar tanggal di kalender internasional, tetapi sebuah ajakan untuk membangkitkan kesadaran bahwa perbudakan masih menjadi ancaman nyata bagi kemanusiaan.
Melalui pemahaman, pengawasan, dan kolaborasi, dunia dapat bergerak menuju masa depan yang lebih adil, di mana setiap orang memiliki kebebasan yang tidak bisa ditawar.
#OnBerta #HariPenghapusanPerbudakan #2Desember #AntiPerbudakan
Penulis : Rizky Sapta Nugraha
Editor : Ali Ramadhan
