ASEAN Perkuat Peran Kehutanan Sosial dan Solusi Berbasis Alam di COP30 Brasil
Belem, Brasil — OnBerita — Indonesia menegaskan komitmennya dalam memperkuat peran kehutanan sosial, solusi berbasis alam (Nature-based Solutions/NbS), serta adaptasi berbasis ekosistem (Ecosystem-based Adaptation/EbA) sebagai pilar utama aksi iklim di kawasan ASEAN. Penegasan ini disampaikan dalam Talk Show Kehutanan Sosial di Paviliun ASEAN pada COP30, Senin (17/11/2025).
Perwakilan Indonesia, Julmansyah, Direktur Penyelesaian Konflik Tenurial dan Hutan Adat dari Ditjen Kehutanan Sosial Kementerian Kehutanan RI, menyampaikan bahwa hutan ASEAN merupakan fondasi kehidupan, budaya, dan ketahanan iklim kawasan.
“Hutan bukan hanya ekosistem, tetapi fondasi mata pencaharian, identitas budaya, keanekaragaman hayati, dan ketahanan iklim. Karena itu, negara-negara ASEAN telah menjadikan hutan sebagai pilar utama strategi iklim, termasuk melalui NDC yang lebih ambisius dan Visi ASEAN 2045,” ujarnya.
ASEAN saat ini memiliki lebih dari 206 juta hektar hutan, atau hampir setengah dari luas daratannya. Dengan kekayaan ini, negara-negara anggota semakin memperkuat komitmen iklim melalui strategi berkelanjutan dan kerja sama regional.
Salah satu capaian penting adalah rampungnya Pedoman dan Alat Bantu Nbs/EbA untuk implementasi Pengelolaan Hutan Lestari dan Perhutanan Sosial. Pedoman tersebut dikembangkan melalui kolaborasi antara Kelompok Kerja ASEAN, UN-REDD, dan mitra internasional lainnya. Dokumen ini menjadi panduan teknis dan berbasis komunitas untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang pengelolaan kawasan hutan.
Dalam posisinya mewakili ASEAN di COP30, Julmansyah juga menyampaikan dua poin utama sikap bersama ASEAN:
1. Pentingnya pendanaan iklim berkelanjutan
ASEAN menekankan bahwa pendanaan iklim yang dapat diprediksi sangat penting untuk perlindungan hutan, pemulihan, dan pengelolaan hutan berkelanjutan sebagai upaya pencapaian NDC.
“Pendanaan harus mendukung implementasi penuh REDD+, Pengelolaan Hutan Berkelanjutan, dan NbS/EbA. Dukungan ini sangat penting untuk memperkuat kesiapan dan kapasitas institusional negara-negara ASEAN,” jelas Julmansyah.
2. Penguatan kapasitas teknis dan institusional
ASEAN mendorong peningkatan kapasitas untuk memperkuat sistem MRV, akuntansi karbon, dan pelaporan transparan sesuai kerangka internasional.
“Pengembangan kapasitas harus memperkuat kolaborasi regional, transfer teknologi, dan pertukaran pengetahuan,” tambahnya.
Julmansyah menutup dengan menegaskan bahwa ASEAN bergerak sebagai satu kesatuan dalam menjadikan kehutanan sosial dan solusi berbasis alam sebagai pilar iklim kawasan.
“ASEAN maju dengan suara bersatu. Bersama, kita dapat membangun kawasan dimana hutan dilindungi, komunitas diberdayakan, dan masa depan iklim terjamin.”
#ASEAN #COP30 #KehutananSosial #NbS #EbA #PerubahanIklim #UNREDD
Penulis : Woko Baruno
Editor : Ali Ramadhan
Sumber : Kementerian Kehutanan RI, 17 November 2025
Sumber : https://www.kehutanan.go.id/pers/asean-perkuat-peran-kehutanan-sosial-dan-solusi-berbasis-alam-untuk-aksi-iklim-di-cop-30
