Spiritual Ekologis Dinilai Relevan Atasi Persoalan Sampah, Gerakan Sedekah Sampah Didorong
2 mins read

Spiritual Ekologis Dinilai Relevan Atasi Persoalan Sampah, Gerakan Sedekah Sampah Didorong

Jakarta | ON Berita – Pendekatan spiritual ekologis kini dinilai sebagai solusi relevan dan transformatif untuk mengatasi persoalan sampah yang kian mendesak di Indonesia. Dengan menggabungkan kesadaran lingkungan dan nilai-nilai spiritual keagamaan, masyarakat didorong menjadikan pengelolaan sampah sebagai bagian dari ibadah sosial dan tanggung jawab moral.

Hal tersebut disampaikan Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup (Sudin LH) Jakarta Barat, Ahmad Hariadi, dalam kegiatan Training of Facilitator Pengelolaan Sampah Berbasis Spiritual Ekologi yang diselenggarakan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim PBNU (LPBI PBNU) di SMK Ma’arif NU Jakarta, Grogol, Selasa (24/6/2025).

Ahmad mengungkapkan, Indonesia saat ini berada di peringkat kelima dunia sebagai negara penghasil sampah terbanyak, dengan volume mencapai 65,2 juta ton per tahun. Ia menyebut pendekatan spiritual ekologis merupakan upaya penting untuk menumbuhkan kesadaran kolektif masyarakat, sekaligus mengintegrasikan aspek agama dalam perilaku sehari-hari.

“Sedekah tidak melulu soal uang. Sampah yang terlihat tak bernilai bisa disedekahkan demi pelestarian lingkungan. Itu bagian dari ibadah dan kegiatan sosial,” tegas Ahmad.

Program sedekah sampah, lanjut Ahmad, telah dijalankan di beberapa wilayah di Jakarta Barat. Sampah-sampah anorganik seperti botol plastik, kardus bekas, dan logam, dikumpulkan dan disalurkan ke bank sampah, TPS 3R, dan UPST Bantar Gebang.

“Contohnya minyak jelantah. Wadahnya bisa berupa botol plastik. Saat disetor ke bank sampah, botol dan minyaknya akan dipilah. Keduanya bisa dimanfaatkan,” jelas Ahmad.

Dalam kesempatan yang sama, anggota Humanitarian Forum Indonesia (HFI), Marsin, mengajak masyarakat menerapkan prinsip 3R: Reduce, Reuse, Recycle dalam aktivitas sehari-hari: 1. Reduce (Mengurangi) – Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan beralih ke produk ramah lingkungan, seperti tumbler dan tas belanja. 2. Reuse (Gunakan Kembali) – Memberikan usia pakai lebih lama pada barang seperti botol kaca, pakaian, dan alat rumah tangga. 3. Recycle (Daur Ulang) – Mengolah sampah menjadi produk baru seperti kerajinan dari plastik daur ulang atau pupuk kompos dari sampah organik.

“Dengan prinsip ini, kita bisa mengurangi kebutuhan ekstraksi bahan baku baru, menurunkan emisi karbon, dan menjaga keberlanjutan alam,” papar Marsin.

Pendekatan spiritual ekologis bukan hanya solusi teknis, tetapi juga bentuk refleksi keimanan dan kepedulian sosial. Program seperti sedekah sampah menunjukkan bahwa menjaga bumi bisa menjadi bagian dari ibadah, selaras dengan misi Islam sebagai agama rahmatan lil alamin.

Penulis : Woko Baruno

Editor : Ali Ramadhan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *