
Tanpa Bor dan Paku, Stair Lift Borobudur Dipasang Ramah Candi: Fasilitas Baru untuk Akses Ibadah
Magelang — Dalam upaya memperluas akses inklusif ke situs warisan dunia, Candi Borobudur kini dilengkapi dengan stair lift (alat bantu naik tangga) yang dipasang tanpa menggunakan bor maupun paku. Fasilitas ini ditujukan bagi masyarakat, khususnya lansia atau penyandang disabilitas, yang sebelumnya tidak dapat menaiki struktur candi karena keterbatasan fisik.
Direktur Utama InJourney, Maya Watono, menjelaskan bahwa seluruh proses pemasangan dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menjaga keaslian dan kelestarian Candi Borobudur yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.
“Kami sudah berkali-kali berdiskusi dengan Kementerian Kebudayaan agar apa yang kami lakukan ini sepenuhnya sesuai dengan ketentuan UNESCO,” kata Maya dalam keterangannya di Magelang, Selasa (27/5).
Menurutnya, sistem stair lift ini bersifat portabel dan tidak merusak struktur batuan candi. Kehadirannya memberikan kesempatan kepada umat Buddha, termasuk para biksu senior, untuk dapat beribadah di atas candi tanpa hambatan fisik.
“Kami berpegang pada prinsip bahwa ibadah tidak seharusnya dibatasi oleh kondisi fisik. Karena itu, kami fasilitasi mereka yang ingin beribadah dengan sarana yang tetap menjaga kelestarian situs,” ujarnya.
Inklusif, Spiritual, Hijau, dan Edukatif
InJourney, sebagai BUMN yang mengelola kawasan pariwisata prioritas nasional, mengedepankan empat pilar utama dalam pengembangan destinasi: inklusivitas, spiritual & budaya, keberlanjutan lingkungan (green), serta edukasi.
Pemasangan fasilitas baru di Borobudur ini juga menjadi bagian dari strategi memperkuat peran candi sebagai destinasi spiritual dunia. Maya menyebutkan bahwa umat Buddha global saat ini berjumlah sekitar 500 juta jiwa, dengan sekitar 300 juta berada di kawasan Asia.
“Kalau kita bisa menarik 1 persen saja, yaitu 3 juta orang, maka potensi pemasukan devisa dan dampaknya terhadap perekonomian lokal, khususnya Magelang, Borobudur, dan Jawa Tengah, akan sangat besar,” tegasnya. Fasilitas ini menjadi langkah progresif untuk menyesuaikan situs bersejarah dengan perkembangan global, tanpa mengabaikan nilai budaya dan keaslian struktur.
Dikutip dari Antara News | Rizky Sapta Nugraha | Jakarta, 28 Mei 2025