
Ketua PBNU Alissa Wahid Ajak Masyarakat Jaga Lingkungan dengan Pendekatan Ekologi Spiritual
Jakarta | ON Berita— Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menjaga lingkungan dengan mengedepankan pendekatan ekologi spiritual, yaitu menggabungkan kesadaran lingkungan dengan nilai-nilai keagamaan.
Hal ini disampaikan Alissa dalam Training of Facilitator Pengelolaan Sampah Berbasis Spiritual Ekologi yang digelar di SMK Ma’arif NU Jakarta, Grogol, Jakarta Barat, pada Senin (23/6/2025).
“Islam mengajak kita untuk peduli, untuk peka terhadap bumi dan alam. Banyak ayat Al-Quran dan hadits yang menekankan pentingnya menjaga lingkungan. Artinya, menjaga lingkungan itu adalah perintah agama,” tegas Alissa.
Alissa mengungkapkan keprihatinannya atas posisi Indonesia sebagai salah satu penghasil sampah terbesar di dunia. Bahkan, Indonesia menempati peringkat kelima penghasil sampah global.
“Sampah kita dibuang ke laut, dampaknya langsung terlihat. Di Jakarta, misalnya, bisa langsung terlihat di Muara Karang,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa sekitar 40 persen sampah di Indonesia adalah sisa makanan, yang mencerminkan pola konsumsi yang kurang bijak. Karena itu, menurutnya, pendidikan masyarakat soal konsumsi dan pengelolaan sampah sangat krusial.
Alissa menegaskan, sebagai khalifah fil ardh (pemimpin di bumi), manusia punya tanggung jawab besar menjaga kelestarian bumi. Hal ini tidak cukup hanya dengan menanggulangi sampah yang ada, tapi harus mulai dengan cara berpikir baru yang selaras dengan alam.
“Kita harus menuju zero waste. Artinya bukan sekadar mengelola sampah, tetapi menekan dari hulu, mengurangi produksi sampah sejak awal,” ucapnya.
Ia mencontohkan pengalaman dari program pembersihan Sungai Citarum, di mana upaya masyarakat membersihkan bagian hilir menjadi sia-sia karena aliran sampah terus datang dari hulu.
Alissa juga mengaitkan pendekatan ini dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama pada poin responsible consumption atau konsumsi yang bertanggung jawab.
“Ketika makan atau membeli sesuatu, kita harus berpikir apa dampak dari konsumsi itu. Berapa sampah yang dihasilkan? Apa bentuknya? Kita harus mulai berpikir seperti itu,” katanya.
Menurut Alissa, menjaga lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau aktivis, tetapi merupakan bagian dari ibadah setiap umat beriman.
“Kalau kita sadar bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari perintah agama, maka kita akan memperlakukannya dengan lebih serius, sebagai wujud tanggung jawab spiritual,” tutupnya.
Penulis : Woko Baruno
Editor : Ali Ramadhan