Bambu Jadi Harapan Baru Industri Furnitur Nasional, Diminati Konsumen Global
On Berita – Jakarta – Indonesia kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu negara dengan kekayaan bambu terbesar di dunia, dengan lebih dari 125 jenis bambu tersebar di berbagai wilayah nusantara. Potensi ini menempatkan Indonesia pada peringkat ketiga dunia sebagai penyedia bahan baku bambu, sekaligus membuka peluang besar untuk memperkuat daya saing industri furnitur nasional di pasar global.
Meski potensinya tinggi, pemanfaatan bambu di tingkat masyarakat masih didominasi teknik tradisional sehingga nilai tambahnya belum berkembang optimal. Menyikapi hal ini, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong penguatan industri hilir bambu berbasis ekonomi hijau dan ekonomi sirkular agar bambu dapat menjadi substitusi kayu yang ramah lingkungan.
Menindaklanjuti Strategi Nasional Bambu Terintegrasi Hulu–Hilir (2022), Kemenperin tengah menyusun roadmap Pengembangan Ekosistem Industri Bambu Terintegrasi. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan, roadmap ini mencakup penguatan agroforestry pascapanen, pembentukan sentra bambu, pendirian Bamboo Academy, hingga pusat logistik bambu untuk memastikan pasokan bahan baku yang efisien dan terstruktur.
Agus menilai bambu sangat layak menjadi alternatif kayu di industri furnitur karena kuat, lentur, mudah dibentuk, serta memiliki sifat tahan guncangan—menjadikannya material yang relevan untuk wilayah rawan gempa. Perkembangan teknologi seperti bamboo laminated juga semakin memungkinkan bambu diolah menjadi material modern untuk furnitur dan dekorasi berkualitas tinggi.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Reni Yanita mengungkapkan bahwa minat global terhadap produk berkelanjutan mendorong pertumbuhan pasar furnitur ramah lingkungan. Riset Grand View Research memproyeksikan pasar ini meningkat dari USD43,26 miliar (2022) menjadi USD83,76 miliar (2030). Sementara Market.us memprediksi pasar produk bambu global tumbuh dari USD74 miliar (2024) menjadi USD118,3 miliar (2034).
Namun, pengembangan industri bambu Indonesia masih menghadapi kendala, seperti pasokan bahan baku berkualitas yang terbatas, teknologi permesinan yang sederhana, dan keterampilan perajin dalam desain maupun inovasi produk yang masih perlu ditingkatkan.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Ditjen IKMA menggandeng Yayasan Pengrajin Bambu Indonesia (YPBI) melalui pelatihan teknis dan fasilitasi peralatan modern. Pelatihan berlangsung di Kabupaten Bogor pada 20–23 Oktober 2025, termasuk pelatihan pengolahan pascapanen, operasional mesin, hingga K3. Selain itu, YPBI memperoleh fasilitas mesin potong, mesin pembelah dan perajang, mesin press laminasi, serta mesin planner.
Plt Direktur IKM Pangan, Furnitur dan Bahan Bangunan Yedi Sabaryadi menyatakan bahwa dukungan tersebut telah meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi secara signifikan. Bahkan, setelah menerima fasilitasi, YPBI sudah mengamankan beberapa pesanan besar, termasuk plafon interior anyaman bambu untuk Employee Centre PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, produk cangkir dan botol minum bersama Sentra Bambu Bangli, serta pembuatan anyaman untuk rumah di kawasan Puncak Paseban Bogor.
Dengan semakin kuatnya fondasi industri hilir bambu, Indonesia menatap peluang pasar furnitur global yang kian mengutamakan produk berkelanjutan. Bambu kini bukan hanya tradisi, melainkan harapan baru bagi industri nasional.
#IndustriBambu #FurniturNasional #Kemenperin #EkonomiHijau #BambooIndustry #Sustainability #YPBI #IKMA #InovasiUMKM #EkonomiSirkular #ONBERITA #OnBerita #OnBeritaNasional #OnBeritaJakarta
Penulis : Rizky Sapta Nugraha
Editor : Ali Ramadhan
Sumber : Kemenperin RI | 21 November 2025 https://www.kemenperin.go.id/artikel/72482394/Diminati-Konsumen-Global,-Bambu-Jadi-Harapan-Baru-Industri-Furnitur-Nasional
