Ledakan Teror, Sunyi Perlindungan: Nasib Korban Bullying yang Terabaikan
3 mins read

Ledakan Teror, Sunyi Perlindungan: Nasib Korban Bullying yang Terabaikan

On Berita – Jakarta, Rabu 19 November 2025, sebuah tragedi ledakan bom yang terjadi di SMA 72  beberapa hari yang lalu, menjadi peringatan serius bagi dunia pendidikan.Insiden ini menyoroti maraknya kasus perundungan yang selama ini kerap luput dari perhatian.

Bullying tidak hanya meninggalkan luka pada tubuh, tetapi juga merusak mental dan lingkungan di sekitar korban. Banyak kasus terus bermunculan, namun kesadaran di kalangan siswa masih jauh dari cukup.

Setiap ejekan, dorongan, atau tindakan merendahkan mungkin terlihat sepele bagi pelaku, tetapi bagi korban, itu berubah menjadi trauma yang terus mengoyak dari dalam. Luka itu tak hilang dalam hitungan hari, bahkan bisa menetap hingga bertahun-tahun, memengaruhi cara korban melihat dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya.

Di banyak kasus, pelaku mengira bahwa permintaan maaf atau uang kompensasi dapat menyelesaikan masalah. Padahal, tidak ada nilai materi yang mampu memulihkan perasaan takut, rasa tidak aman, dan tekanan psikologis yang terus mengikuti korban ke mana pun mereka pergi.

Bullying bukan sekadar konflik remaja; ini adalah ancaman serius yang membutuhkan perhatian lebih, pendampingan intensif, dan lingkungan sekolah yang benar-benar mampu memberi perlindungan. Karena setiap anak berhak merasa aman, didengar, dan dihargai  bukan hidup dalam bayang-bayang intimidasi.

Sekolah yang semestinya menjadi tempat paling aman bagi siswa kini justru berubah menjadi ruang terjadinya intimidasi, kekerasan, hingga tindakan ekstrem yang mengancam keselamatan.

Peristiwa tersebut sekaligus menegaskan pentingnya kewaspadaan bersama baik dari pihak sekolah, guru, orang tua, maupun lingkungan sekitar untuk mendeteksi lebih awal tanda-tanda perundungan dan tekanan psikologis yang dialami peserta didik. Tanpa langkah pencegahan yang kuat, kasus serupa dapat kembali terulang.

Dr.dr. Ray Wagiu Basrowi,MKK,FRSPH merupakan Founder Health Collaborative Center (HCC), Inisiator Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa mengatakan, kesehatan mental pelajar SMA tidak lagi hanya sekedar keberadaan guru BK (bimbingan konseling).

Sekitar 38% anak SMA memiliki kecenderungan agresivitas yang lebih tinggi dibanding 20 tahun yang lalu. Tetapi tingkat prososial mereka lebih bagus.  Meski perilaku prososial ikut meningkat, temuan ini menjadi alarm baru bagi dunia pendidikan yang tengah dihadapkan pada meningkatnya kasus perundungan dan kekerasan.

Founder Health Collaborative Center sekaligus Inisiator Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa, Dr. Ray Wagiu Basrowi, menilai perubahan perilaku remaja ini harus ditangani dengan pendekatan baru yang lebih dekat dengan dunia siswa.

“Penting untuk memperkuat peer counseling. Tapi kalau dilakukan asal-asalan, risikonya bisa fatal. Siswa harus dibekali cara mendengar, cara membaca situasi, dan cara melapor yang benar kepada guru BK,” jelas Dr. Ray.

Ia menyebutkan bahwa salah satu hambatan terbesar dalam penanganan masalah kesehatan mental pelajar adalah stigma terhadap ruang BK. Banyak siswa enggan berkonsultasi karena takut dicap sebagai pembuat masalah.

“Mereka yang datang ke BK sering dianggap anak nakal atau bikin onar. Ini membuat banyak korban diam dan tidak mencari bantuan,” ujarnya.

Dr. Ray menekankan bahwa konsultasi psikologis tidak harus selalu dilakukan di ruang BK. Menurutnya, proses konseling justru lebih efektif dilakukan di tempat-tempat yang membuat siswa merasa aman dan dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka.

“Yang penting bukan ruangannya, tapi rasa aman siswa,” tambahnya.

Temuan ini menjadi peringatan bagi sekolah untuk lebih serius memperkuat sistem deteksi dini, menciptakan ruang aman, dan membangun komunikasi yang sehat antar-siswa agar kasus kekerasan bisa dicegah sejak awal.

#Pendidikan#Kesehatan Mental#Remaja#Perundungan

Penulis Berita: Vista Silvia

Editor : Ali Ramadhan

Sumber : Suara.com – Pernyataan Dr. Ray Wagiu Basrowi (@suaradotcom).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *