
Sampah Bukan Musibah, Maggot Bawa Berkah. Mahasiswa KKN ITG Teknik Industri Pelopori Sistem Pengolahan Sampah Organik dengan Maggot Di Desa Sirnagalih.
Garut, 12 Agustus 2025 Permasalahan sampah organik yang menumpuk di lingkungan Masyarakat kini mendapat Solusi inovatif melalui program mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Institut Teknologi Garut (ITG) Program Teknik Industri. Mahasiswa merancang sistem pengolahan sampah makanan berbasis maggot atau Larva Black Soldier Fly (BSF) di TPS 3R Pusaka 5 Desa Sirnagalih, dengan dukungan penuh dari kepala Desa dan Sekretaris Desa yang juga menjabat sebagai kepala TPS 3R.
Pelaksanaan program diawali dengan survei Lokasi di TPS 3R Pusaka 5, yang difasilitasi langsung oleh pemerintah desa. Setelah memastikan kesiapan lokasi, mahasiswa melanjutkan dengan pembuatan rumah maggot sebanyak 8 box berukuran 60 x 50 cm berbahan multiblok. Box tersebut difungsikan sebagai wadah pemeliharaan larva maggot yang nantinya akan menguraikan sampah makanan.
Untuk mendukung keteraturan, mahasiswa juga membuat rak penyimpanan khusus. Selain itu, diabagun pula rumah jarring berukuran 1 m x 60 cm yang digunakan sebagai tempat metamorphosis maggot menjadi lalat dewasa. Maggot yang telah memasuki fase pupa dipisahkan ke rumag jarring ini, sehingga dapat berubah menjafi lalat BSF. Lalat dewasa inilah yang nantinya akan menghasilkan talur baru dan menjaga keberlangsungan siklus budibaya.
Tahap berikutnya adalah pemindahan 20 kilogram maggot ke dalam rumah maggot. Di saat yang sama, mahasiswa juga melakukan pembibitan telur maggot pada box terpisah, dengan tujuan menjaga kualitas siklus pertumbuhan dan kesinambungan produksi.
Puncak kegiatan berlangsung pada Selasa, 12 Agustus 2025, ditandai dengan penyerahan fasilitas rumah maggot, rumah jaring, serta tempat metamorfosis pupa menjadi lalat kepada Karang Taruna Desa Sirnagalih. Mahasiswa juga memberikan pembinaan teknis mengenai cara merawat dan mengelola budidaya maggot secara berkelanjutan.
“Kami sangat mengapresiasi program mahasiswa ITG ini. Dengan adanya sistem pengolahan sampah berbasis maggot, beban TPS bisa lebih ringan, dan masyarakat pun mendapat manfaat ekonomi dari hasil budidaya,” ujar Kepala Desa Sirnagalih saat menghadiri kegiatan.
Sementara itu, perwakilan mahasiswa KKN ITG, Helmi Adika, menjelaskan bahwa program ini tidak hanya sekadar praktik sosial, tetapi juga implementasi nyata dari ilmu Teknik Industri.
“Dalam Teknik Industri, kami mempelajari bagaimana merancang sistem produksi yang efisien, memanfaatkan sumber daya secara optimal, serta menciptakan proses yang berkelanjutan. Konsep itu kami terapkan dalam budidaya maggot ini, mulai dari desain box, sistem rak, rumah jaring, hingga manajemen siklus produksi maggot,” jelasnya.
Program ini juga menjadi wujud penerapan ilmu Teknik Industri, di mana mahasiswa merancang sistem pengolahan sampah yang efisien, mulai dari tata letak box dan rak maggot, pembangunan rumah jaring untuk metamorfosis pupa, hingga pengelolaan aliran material dari sampah organik menjadi produk bernilai guna. Dengan pendekatan tersebut, proses budidaya maggot tidak hanya teratur dan berkelanjutan, tetapi juga mampu memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
Dengan adanya inovasi ini, Desa Sirnagalih diharapkan menjadi desa percontohan dalam pengelolaan sampah organik berbasis teknologi sederhana namun terencana secara sistematis. Kolaborasi antara mahasiswa Teknik Industri, pemerintah desa, dan Karang Taruna membuktikan bahwa pendekatan ilmiah dapat diterapkan langsung untuk menyelesaikan masalah nyata di masyarakat.
Penulis : SALWA TRISETIA NINGSI
Editor : Ali Ramadhan